Mila Fitri Chairunisa/Ilustrasi foto diri sendiri |
Aku tinggal di kabupaten Bogor dan menjadi salah satu mahasiswi di Politeknik Negeri Jakarta yang saat ini menginjak usia 20 tahun. Tentunya, bukan menjadi suatu hal yang mudah untuk berproses dengan diri sendiri dan mencapai kemampuan saat ini. Keberadaanku di rumah sebagai anak kedua dari dua bersaudara yang biasanya disebut “Anak Bontot”. Konon, sebutan itu selalu diidentikkan dengan sikap manja, tidak berpendirian dan kekanak-kanakan. Aku mengakui sebutan itu, tetapi seiring berjalannya waktu keberadaanku tidak lagi menjadi anak yang manja dan tidak berpendirian.
Semakin Aku beranjak dewasa sering kali, Aku merasakan insekuritas dan khawatir dengan hidup yang sedang ku jalani. Tidak hanya itu, banyak hal suka dan duka yang ku hadapi saat ini. Statusku sebagai mahasiswi tingkat 4, dimana keseharianku adalah menjalani perkuliahan secara normal dan mengerjakan tugas yang bertambah setiap harinya. Aku selalu merasa diriku yang saat ini telah berbeda, sebab diriku yang dulu memiliki kepribadian yang manja dan tidak percaya diri.
Ketika menjadi seorang mahasiswi, Aku merasakan banyak hal positif yang menjadikan kepribadianku berubah. Mulai dari kenyamanan dalam berpakaian, Aku lebih percaya diri dan bisa mengekspresikan diriku. Selain itu, Aku juga mendapatkan pengalaman baik di lingkungan sekitarku, seperti aktif dalam organisasi di kampus sehingga Aku memiliki relasi yang luas. Tak sedikit, orang disekitar menganggapku berubah menjadi diri yang mengarah ke hal negatif. Adapun pepatah mengatakan “Jangan menilai seseorang dari sampulnya”, seperti mereka hanya menilaiku dari apa yang dilihat bukan dari proses yang ku hadapi sesungguhnya.
Tanpa validitas, mereka bisa saja berpendapat sepuasnya tentang diriku. Ejekkan dan gunjingan sudah biasa kuterima, tetapi adanya hal itu tidak menghalangi diriku untuk mencari jati diri. Tanpa rasa introspeksi, mereka nilai diriku dengan tidak baik. Sempat Aku peduli terhadap pendapat mereka, namun Aku berpikir sebelum kita menilai seseorang, alangkah baiknya jika kita memperbaiki diri sendiri atau cukup untuk menutup mulut untuk tidak memberikan pendapat pada kehidupan seseorang.
Dari semua hal yang terjadi, Aku belajar bahwa mencintai diri sendiri dapat memberikan kebahagiaan. Mencintai diri sendiri bukan berarti dengan segala keinginan melainkan Aku juga harus menerima kekurangan dan kelebihan yang ada pada diriku. Saat ini, aku juga sudah tidak peduli dengan apa pendapat orang lain. Aku ingin memiliki pemikiran tenang seperti panah yang melesat lurus kedepan. Dengan diri sendiri, Aku harus memperlakukan diri dengan baik dan menerima apa adanya.
Artikel esei ini telah dipubliskasikan oleh Klikwarta.com pada 19 Juli 2023. https://www.klikwarta.com/jadilah-diri-sendiri
Posting Komentar